Beranda

Senin, 01 Oktober 2012

Semoga kekhilafan ku tak berimbas pada jalan surga kalian..

Aku adalah anak ke dua dari empat bersaudara. Kami semua Alhamdulillah lahir sebagai anak yang sempurna dari kedua orang tua yang sempurna juga.

Bapakku bernama Moh. Yasin, bapak yang sangat aku sayangi dan sangat aku hormati. Dia adalah bapak yang sangat sabar dan sangat periang. Dari aku lahir sampai sekarang usiaku 20tahun, tak pernah seikitpun aku mendengar kata-kata kasar kemarahan darinya. Laki-laki usia paruh baya ini hanya bisa bangga dengan ijazah SDnya. Jadi aku sangat memaklumi jika dia sering kelimpungan mengahadapi pertanyaan tugas sekolah dari kami. Dengan minimnya pendidikan yang ia tempuh, ia hanya bisa melakukan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga dengan bekerja sebagai buruh kasar. Tapi rasa kagumku pada bapak tak pernah kurang. Bapak tetap berusaha memenuhi semua kebutuhan kami dan dia selalu berusaha untuk memberi kami perhatian yang sangat hangat. Dalam hidupnya, bapak tak pernah melupakan tawanya yang khas. Disaat ekonomi menghimpitpun dia masih bisa santai menghadapi keluhan-keluhan emmak tentang uang belanja. Dia tak pernah menampakkan beban pikirannya kepada kami anak-anaknya.

Pernah suatu pagi aku merengek minta uang bulanan sekolah yang harussegera dibayar. Padahal aku tahu saat itu bapak benar-benar sedang bingung mencari alasan padaku untuk menunggu sampai ia punya uang. Namun, sifatku yang ingin semuanya beres tetap merengek pada bapak untuk segera memberiku uang. Dan bapakpun pergi dari hadapanku entah kemana. Dirumah aku menggerutu kesal karena tak digubris oleh bapak. Beberpa menit kemudian bapak datang membawa sejumlah uang yang aku minta. Dan saat itu aku tahu bahwa uang itu hasil usaha bapak meminjam pada kerabat, sungguh menyesalnya aku. Saat itu ingin sekali aku memeluk bapak dan minta ampun padanya. Namun, karena sikap kekanak-kanakan ku aku memilih acuh pada keadaan itu dan langsung pergi sekolah. Bapak.. maafkan anakmu ini. T.T

Yah itulah sedikit gambaran tentang hebatnya bapakku tersayang. Sekarang giliran emmaku. :')
Emmak, yah itulah panggilan kami pada wanita kelahiran tahun 70an ini. Asnami, nama yang sangat singkat dan aku yakin emmak juga tak tahu makna singkat dari namanya itu. Emmak di nikahi bapak saat usianya kurang lebih 18 tahun. Dia terpaksa menikah muda karena yah biasalah orang kampung. Hehehe himpitan ekonomi. Tahun 86 dia melahirkan kakak pertamaku, lengkaplah kesempurnaanya sebagai seorang perempuan dan seorang ibu. Emmak yang juga hanya bisa berbangga dengan bermodal ijazah SD ini tak jauh beda nasibnya dengan saudaranya yang lain. Dia terkenal jutek dikalangan tetanggaku, tapi kejutekannya ini yang membuat kami anak-anaknya aman dari gangguan teman-teman sekmapung. Karena prinsip emmak” siapa yang berani menyentuh anakku, maka dia harus berurusan denganku” hahaha perkasanya kau maaak .:*

saat ini emmak masih berprofesi sebagai ibu rujak di pasar, hal ini ia lakukan untuk membantu menutupi kekurangan ekonomi keluarga kami. Setahuku dalam hidup emmak tak pernah ada kata libur berjualan selagi dia masih bisa bangun dari kasur. Emmak adalah wanita perkasa yang sangat mandiri. Dia selalu memanjakan kami naka-anaknya dengan memenuhi kebutuhan kami. Sifat tak pernah mengeluhnya sangat bertolak belakang denganku. Dia adalah emmak yang rela menunda makan paginya demi mencari nafkah untukkami. Emmak yang merelakan waktu berkumpul dengan anaknya dari subuh sampai menjelang dzuhur demi keinginan membawa pulang uang dari pasar. Dan emmak yang selalu tersenyum meski terkadang mendapat kedzoliman dari kami anaknya.

Anak, sifatnya memanglah tidak jauh dari kata membangkang. Disaat kita kecil, kedua orang tua kita pasti tak muluk-muluk menaruh harapan pada kita. Harapan mereka pastilah berharap semoga kita menjadi anak yang shalih dan shalihah. Namun, disaat kita telah dewasa. Tak pernahkah kita berpikir sudahkah kita menjadi anak yang sesuai dengan harapan mereka? Aku yakin orang tua manapun tak akan sudi meminta imbalan pengerbonan yang mereka beri pada kita, namun mengingat kewajiban kita terhadap orang tua, masihkah kita tega mengacuhkan mereka. Aku hanya takut, karena kekhilafan anak-anakmu ini akan menghambat jalan emmak bapak menuju surga. Aku hanya takut, karena keegoisan anaknya malah membuat sakit hati emmak bapak. Dan aku berharap semoga kelak kami anak-anakmu tak akan mengurangi catatan amal kebaikan kalian di akhirat nanti. Semoga peluh dan semua pengorbanan kalian menjadi ladang ibadah untuk kalian dan semoga ibadah kami anak-anakmu bisa membantu meringankan jalan kalian menuju surganya. Dan semoga kita semua tidak termasuk golongan anak-anak yang menjerumuskan orang tua kita pada nerakaNya,

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan sholat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapak ku dan semua orang yang beriman pada hari di adakan perhitungan (kiamat)” (QS. IBRAHIM : 40-41)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar