Beranda

Sabtu, 29 September 2012

Iman ku yang fluktuatif

Aku,
Salah satu muslimah yang hingga detik ini sangat sangat bersyukur kepada Sang pemberi takdir. Dia yang Maha Esa, Maha Kuasa dan Maha Segalanya telah menetapkan / menakdirkan ku lahir dari orang tua Muslim. Bersyukur karena Dia telah menarikku dari masa jahiliah seorang muslim menuju makhluk yang bersemangat mencari ilmu-Nya, dan memeberiku kesempatan menikmati indahnya hidayah dan manisnya iman.
Aku,
Makhluk-Nya yang selalu berangan dan berusaha untuk menjadi manusia yang hidup sesuai fitrahnya. Makhluk-Nya yang sangat merindukan ke istiqamahan . Dan makhluk-Nya yang masih sering labil dalam hal kehidupan dan keimanan.
Istiqamah adalah saat hati ini berkata “ sudahlah, aku lelah”. Tapi kita tetap bertahan dengan semua sisa tangan kita, tak berhenti bergerak dan melawan bisikan halus si setan baik dalam keadaan ringan maupun berat. Yah, itulah makna istiqamah yang aku tangkap.
Namun, ironisnya istiqamah sendiri bagiku masih sangat jauh dari genggaman. Mengingat amalan wajibku yang masih ku kerjakan dengan se enaknya, dan kelalaian ku terhadap sunnah-Nya. Sebagai seorang muslim ini patut dan wajib menjadi koreksi untuk tanggung jawab terhadap Sang Pemilik. Keimanan seseorang memanglah sangat fluktuatif, mungkin dalam waktu seminggu kita sangat rajin melaksanakan semua kewajiban dan amalan sunnah. Dan dalam minggu selanjutnya kita malah sering lalai terhadap itu semua. Disaat kita menyadari tentang kelalaian tugas kita, masihkah kita berpura-pura tak berdosa? Pantaskah kita menyepelekan dan mencari berbagai alibi untuk mebenarkan alasan kita yang lalai karena kesibukan duniawi? Karena aku orang beriman, jelaslah aku jawab “TIDAK”.
Rasa tak tenang sering kali muncul saat menyadari kelalaian ku terhadap kewajiban, dan maksiat yang masih bertebaran dimana-mana. Turunnya iman seseorang pastilah ada sebabnya. Dan aku berharap perbaikan diri akan terus kulakukan sampai istiqamah itu ku jaga.
Karena disaat hidayah sudah ditangan, tugas kita adalah meperjuangkannya dan menjaganya dengan baik. Tatkala Allah SWT memberi hidayah kepada seseorang, Ia mudahkan orang itu untuk melakukan kebenaran. Dan manusia yang berakal pasti mengerti janji dan ancaman Allah SWT, paham balasan dalam melaksanakan perintah dan larangannya, serta paham akan hukum dan kewajibannya.
Maka di saat iman kita turun kewajiban kita adalah mengoreksi kembali bagaimana kita pergunakan waktu yang Allah berikan, dan bagaimana kita menjaga hidayah yang Allah amanahkan kepada kita.

“wahai anak Adam, semua kalian sesat kecuali orang yang ku beri hidayah. Maka mintalah hidayah kepada-Ku, niscaya Aku beri hidayah.” (HR. AL-BUKHARI DAN MUSLIM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar